Sesekali kita harus menyelidiki diri kita sendiri. Adakah yang belum sanggup kita lepaskan sampai detik ini?
Terkadang kita merasa sudah cukup merelakan cinta dengan meninggalkan seseorang. Padahal hati kita masih terpaut pada bayangannya, lalu berhalusinasi memilikinya.
Kita merasa sudah cukup mengikhlaskan mimpi-mimpi dengan berhenti berlari. Padahal kita belum mengorbankan rasa aman dari diri ini, memilih bersembunyi karena takut jatuh lagi.
Kita merasa sudah cukup melupakan trauma masa lalu dengan mengejar masa depan. Padahal kita hanya butuh membuktikan diri. Kita dendam pada mereka yang telah melukai kita.
Kita katakan pada dunia bahwa kita siap jadi pejuang dan pembela sebuah misi. Padahal misi kita hanyalah memperjuangkan dan membela diri kita sendiri, demi memukau seisi bumi.
Tuhan dan dunia ini sama-sama menawarkan sebuah ikatan untuk jadi tempat bergantung kita. Ikatan mana yang paling setia dan ikatan mana yang hanya fatamorgana?
Kita tahu jawabannya, sangat tahu. Tapi, kita seringkali lupa bahwa kita adalah bagian dari dunia, perasaan kita adalah bagian dari dunia, dan harga diri kita juga bagian dari dunia.
Lalu, kenapa kita harus segigih itu untuk mempertahankannya? Bukankah kita hanya perlu melepaskan ikatan untuk meneguhkan ikatan lainnya?