-
-



Yuk Miliki!
Buku Cerita Parenting karya Mawar Firdausi


"Kukira Aku Tak Sanggup Jadi Ibu"

Menggugah. Menginspirasi. Sudah dibaca 3000+ orang pada saat launching.

Bagaimana jika kamu adalah perempuan yang menyimpan trauma masa kecil tetapi kamu harus membesarkan 5 anak sekaligus yang lahir dalam waktu berdekatan dan 2 di antaranya didiagnosa ADHD?




Sulit membayangkannya, bukan?



Mawar Firdausi di dalam buku "Kukira Aku Tak Sanggup Jadi Ibu" punya cerita tentang semua kepelikan ini yang mungkin akan menguatkanmu sebagai seorang ibu maupun sebagai perempuan yang bersiap diri jadi ibu.
-

Linimasabooks mempersembahkan

Aku adalah anak pertama dari tujuh bersaudara, dengan ibu yang sempurna, tetapi ayah bertangan besi.

Dunia, cinta, dan keluarga membuatku punya banyak luka. Aku terus memenuhi beragam ekspektasi demi mendapat validasi orang lain. Kuterima siapa pun laki-laki yang bisa membuat tangki cintaku terisi. Kuterjang aturan Allah demi memenangkan cinta manusia.

Kukira, menikah akan menyelamatkanku. Namun, dengan hati penuh luka, sanggupkah aku jadi ibu?

Buku ini berisi perjalanan seorang gadis yang merasa tak cukup berharga untuk dicintai, hingga ia menemukan cinta terbaik dari Rabb-nya. Ia menyadari: perlu lebih dahulu mencintai dirinya sendiri, sebelum bisa mencintai orang lain. Ia perlu mengasuh jiwa kecilnya dahulu, sebelum bisa mengasuh manusia-manusia kecil yang lahir dari rahimnya. Ia perlu menyembuhkan lukanya dahulu agar bisa jadi versi terbaik dirinya, sebagai ibu.

- Mawar Firdausi -
-

Bab "Bukankah Rumah Tempat Bersandar?" di Buku KATSJI


(masa lalu penulis yang mungkin relate denganmu)

Saat ibu berhasil meloloskan diri keluar kamar, ayahku makin menjadi. Dilayangkannya pukulan bertubi-tubi. Ibuku diseret, dibanting, dibenturkan. Semua terjadi di depan mataku. Aku juga tak luput dari serangan ayah. Aku didorong ke akuarium karena akan menelepon kakek. Kata ayah, ia ikut menjadi saksi pernikahan ayah dengan perempuan itu. Akuarium pecah, bajuku basah.

Lucunya, ayah menganggap ibuku kesurupan dan berusaha menindihnya sambil membaca ayat-ayat ruqyah. Aku berlari dan meminta pertolongan tetangga, tetapi tak ada seorang pun yang tergerak. Mereka hanya berkerumun saja di depan rumah, memandangi aku yang memeluk adik-adikku di teras sambil menangis.
--
Untuk mengintip isi bukunya, kamu bisa baca gratis 3 bab buku KATSJI di sini.
Hanya saat masa PO

Rp115.000,- Rp97.750

-

Buku ini mungkin bisa jadi wasilah kebaikan bagi kamu yang:


  • Trauma dengan masa kecil
  • Tidak siap menghadapi dunia pernikahan
  • Merasa tidak layak atau tidak sanggup jadi ibu
  • Stress memiliki anak dengan usia berdekatan
  • Ingin melihat perjuangan seorang ibu
  • Butuh motivasi untuk menjalani hidup yang berat

Dapatkan bukunya sekarang!

Buat kamu yang ingin lebih mudah pesan lewat marketplace, kamu bisa klik di sini.

Kata Mereka Tentang Buku KATSJI

-
“Kukira ini novel, tetapi ternyata ‘kisahku’. Aku paham banget perasaan akan takut ditinggalkan. Sampai sekarang pun, aku gak tahu kenapa orang tua kandungku meninggalkan tanggung jawab mereka.Namun, setelah baca sepenggal kisah dari buku ini, aku kembali sadar bahwa semua yang terjadi di dunia ini, bukan salah siapa pun, bukan salahku atau salah mereka, ini semua terjadi murni karena takdir Allah.Lewat buku ini juga, mengingatkanku bahwa memang jadi ibu itu beraaat banget, tetapi betul, Bu, kita bisa belajar.”

—Elwina, Ibun, Momfluencer, Ibu Rumah Tangga Profesional (@ceritaibun)
-
“Cukup banyak yang ke psikolog karena masalah trauma masa kecil, tetapi tidak banyak yang punya keterbukaan dan kegigihan yang cukup besar untuk berproses menaklukkan traumanya. Mbak Mawar salah satunya. Menurut saya, buku ini akan membantu para ibu untuk merasa dipahami. Menjadi ibu memang sering kali membuat kita menyadari luka-luka yang kita kira sudah sembuh, padahal hanya kita beri plester dan kita biasakan rasa sakitnya. Semoga buku ini dapat memotivasi para ibu dengan pengalaman trauma masa kecil untuk mendapatkan pertolongan dan bergerak maju, untuk memaafkan kesalahan orang tua dan kesalahan diri sendiri.”

—Farraas A. Muhdiar, Psikolog dan Co-Founder Arsanara (@farraas)
-
“Aku tahu sekali rasanya saat hati seorang anak perempuan pertama melihat apa yang terjadi di keluarganya. Namun, begitu membaca buku ini, luka itu tiba-tiba terasa memudar. ‘Wah, ternyata aku gak sendiri, ternyata bukan cuma aku yang pernah merasakan hal itu, ternyata aku bisa bangkit, dan ternyata diriku hebat dan patut untuk dicintai.’”

—Ayu Safitria, Momfluencer, Mompreneur (@safitriaayu)
-